FAJARINFOONLINE.COM, Gowa — 2 September 2025.
Masyarakat Pemerhati Budaya Kabupaten Gowa membantah tudingan yang menyebut mereka sebagai massa tandingan dalam aksi demonstrasi mahasiswa di depan Kantor DPRD Kabupaten Gowa pada Senin (1/9).
Pernyataan bantahan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Masyarakat Pemerhati Budaya Kabupaten Gowa, Rapiuddin Maddo, S.Sos., MM (Daeng Opa). Menurutnya, kehadiran pihaknya di lokasi demonstrasi bukan untuk menghalangi atau mengusir mahasiswa, melainkan sebatas langkah antisipasi.
“Tidak benar kalau kami disebut sebagai massa tandingan. Kami hanya hadir untuk berjaga-jaga agar aksi mahasiswa berjalan tertib, tidak arogan, dan tidak terjadi tindakan anarkis. Sama sekali tidak ada masyarakat adat yang melakukan teguran, melarang, apalagi mengusir mahasiswa,” tegas Daeng Opa.
Ia menjelaskan, kehadiran masyarakat pemerhati budaya yang mengenakan seragam hitam dan memakai pantonro merah semata-mata untuk melambangkan identitas sejarah Gowa. Namun, keberadaan mereka justru dituding tidak konsisten dan disebut sebagai massa tandingan oleh Ketua LSM Gempa, KR Tinggi.
Pernyataan KR Tinggi tersebut dinilai memicu ketersinggungan masyarakat adat Gowa. “Kami tidak ingin tanah kelahiran kami diinjak-injak atau dicemarkan oleh orang luar yang sengaja ingin mengacaukan Butta Gowa. Masyarakat adat hadir justru untuk menjaga kehormatan dan kelestarian budaya Gowa,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, masyarakat adat juga menegaskan semboyan kebanggaan Gowa:
Manna rongrong butta maraeng, Gesara bawakaraeng, Butta Gowa siama, ama tonji, accera, sitongka-tongka, rewako Gowa.
—
NT/SB